Jumat, 05 Maret 2010

SOSIALISASI

Interaksi antar individu maupu interaksi dengan kelompok akan melahirkan suatu proses yang dinamakan SOSIALISASI (penanaman nilai dan norma). Tujuan sosialisasi ;
• Memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melangsungkan kehidupan seseorang kelak di tengah-tengah masyarakat.
• Menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta mengembangkan kemampuannya untuk membaca , menulis, dan bercerita.
• Membantu pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
• Membiasakan individu dengan nilai- nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat.
1. Proses Sosialisasi
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi dapat dibedakan melalui tahap-tahap:
1. Tahap Persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini di alami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri.
2. Tahap Meniru (Play Stage)
Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa.
3. Tahap Siap Bertindak (Game Stage)
Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
4. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat secara luas.
2. Agen (Pelaku) Sosialisasi
1. Keluarga (kinship)
Menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam lingkungan keluarganya terutama orang tuanya sendiri. Meliputi : ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal bersama-sama dalam suatu rumah.
2. Teman bermain
Sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya karena sebaya.
3. Sekolah
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan sekolah (pendidikan formal) seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specifity).
4. Media Massa
Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan. Meliputi ; media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film).
5. Agen-agen lain
Dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, lingkungan pekerjaan.
3. Jenis Sosialisasi
a. Sosialisasi primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah.
b. Sosialisasi sekunder
Suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi , seseorang mengalami ‘pencabutan’ identitas diri yang lama.
Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar